krodit otak

  Semua diatur sama otak. Iya, bukan hati. Berpikir dengan otak masing-masing, tapi yang sering dibilang kok sakit& patah hati ya? Kalo aku sih krodit otak, bukan kram otaknya Iwa K.
  Beberapa hari yang lalu, kemarin tepatnya. Hari pertamaku masuk sekolah habis bolos seminggu escape to bali& surabaya. Seneng di sekolah, kayanya banyak yang kangen deh sama aku #abaikan (kalimat ini fiktif). Pagi-pagi udah pre-test pelajaran olahraga, lari keliling sekolah 2x. Seperti biasa, jelek banget, 9 menit 43 detik. Susah banget mau bikin target 8 menit. Pelajaran berikutnya. Agama, nyalin surat At-tin ayat 1-8, diselain aku bikin data seragam buat adek kelas bareng Abi, Faras, Aya, Eric. Pelajaran berikutnya (lagi). Bahasa Inggris& Bahasa Jawa. Belum ada sadar diri, masih belum niat ikutin pelajarannya. Mending ngobrol.
  Ada adek kelas yang disebelin, tapi jujur aku ga tau kenapa. Sampe alumni ikut ngata-ngatain. Cukup, itu berlebihan. Aku cerita tentang adek-kelas-korban-kekerasan-batin (ak3b) ke *pria itu* dan yak... reaksi& pertanyaan (menghantam) dari *pria itu* bener-bener bikin kaget, serasa tiba-tiba ada anak monyet nusukin besi panas ke lubang duburku(ups). 
  Kalau aku mau cerita ke anak debaz, aku cuma perlu tanya satu hal, "Apa otak semua cowo itu kaya Gilang? Apa cowo-cowo Debaz itu bener-bener nggambarin sifat asli cowo?" - krodit otak. Kalau aku cerita ke Rahma, dia pasti cuma bilang, "Thats why I hate that fuckin person so damn much! I've told you bitch, semua orang yang punya pacar bakal lebih tentrem hidupnya kalau dah putus!" atau semacamnya. Dan aku baru cerita ke satu orang, Febri. Ternyata dia sama aja kaya cowo Debaz(hm waktu itu aku lupa dia sebenernya cowo). Dia malah ketawa cekikikan sambil cerita tentang ink-nya - krodit otak.
  Krodit otak, tempat cerita. Ga ada yang perlu diceritain, sebenernya. Karna apa? Kasian si *pria itu*. Image-nya udah terlalu buruk, image cowo-cowo penghibur mungkin. Bukan. Image cowo yang sesuai takdir. Kata orang, sudah takdir kalau cowo pikirannya kotor& cewe itu matrealistis. Tapi aku berharap besar takdir itu ga terjadi di antara kami. Ya, kami sepasang kekasih. Sebenernya bisa ditambahin embel-embel, kekasih krodit otak.
  Yang memperburuk keadaan, aku belum terima takdir dan ga akan mau terima takdir cewe& cowo itu tadi. Itu bukan takdir, tapi hasil survey orang-orang psikologi (menurutku). Dan menurutku(lagi), kesimpulan itu cuma kesimpulang sok tau. Aku bilang gitu karena ga terima. Kalau itu fakta, aku benci semua ayah& ibu di dunia karena mereka berpikiran kotor& matralistis. Tapi nyatanya nggak juga kan?
  Buat cowo-cowo yang menepati takdirnya, ga perlu ditegur dulu kan untuk tau mana benar& salah? Konsumsi kalimat kalian memang buat jenjang dewasa dan ga bisa sembarang dilayangkan. Dewa sekali anda-anda ini bey-bitch. Kalian memang krodit otak, aku juga jadi ikut krodit otak. Jadi, krodit otak itu menular, jangan ditular-tularin ya

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...