Hardest rain i ever passed !

Jam menunjukkan pukul 21.00 ketika saya membuka mata dan membuka selimut merah maroon yang dari tadi sore ga berhenti nangkring di sekujur tubuh saya. Hari ini, Selasa 09 Februari 2010 adalah hari yang ga akan saya lupakan. Gimana enggak? Tadi sore, saya meninggalkan kampus bersamaan juga dengan teman- teman tepat pada pukul 16.30 setelah sebelumnya mengikuti kelas HAPER ibu Herliana. Kami melihat langit jogja pada sore itu benar- benar mengerikan man! Hitam kelam dan penuh dengan kumolonimbus gelap yang siap menumpahkan air hujan ke bumi Jogja.

Bergegas kami menuju tempat parkir di depan gedung empat dan bergegas pula kami menyalakan motor masing- masing buat segera capcus dari kampus karena kita ga mau keujanan cuy. Saya, metri dan nopex mengambil jalur utara berbarengan, ketika sampai di perempatan pos polisi bulaksumur, saya sempet bercandaan sama nopex dan bilang ke dia begini, "Pex utara udah ujan deres ni kayaknya, gaswat", dan nopex menjawab, "Ho'oh yang penting kita cepet capcus man!"

Situasi di perempatan bener- bener macet total karena jam segitu biasanya adalah jam terakhir semua perkuliahan di UGM dilaksanakan. Yang biasanya cuma motor aja yang memenuhi badan jalan, pemandangan itu diganti dengan banyaknya mobil- mobil yang juga ikut berdesakan berebut lampu hijau di perempatan. Kemacetan yang lumayan panjang yang jarang terjadi di perempatan pos polisi bulaksumur. Ketika lampu hijau menyala, perlahan kendaraan- kendaraan yang berdesakan tadi maju merayap meninggalkan perempatan. Sialnya, saya dan nopex ga dapet kesempatan itu dan kita kembali terjebak oleh lampu merah traffic light dan bedanya hanya ada pada posisi. Posisi kami ada di deretan depan yang siap melaju pertama kali buat meninggalkan tuh perempatan.

Ga ada 1 menit setelah kami dihentikan (lagi) oleh traffic light, kumolonimbus ga mampu lagi buat menampung air hujan yang sedari tadi bertahan dan menghitamkan langit Jogja. Eng ing eng!! Kurang dari 30 detik kita udah basah kuyup man! Paniklah kita yang pada saat itu si traffic light belum berubah warna jadi ijo! Kyaaaaaaaaaa! Stress ni lampu pikir saya! ga liat apa ni cewek cakep dah basah kuyup gini. Sesaat kemudian setelah nggrundel dalam hati, si traffic light akhirnya berubah warna jadi ijo. Horeeee! Dan abis saya nyebrangin tuh perempatan (ambil yang arah jalan monjali), saya langsung menepi dan berinisiatif mengambil MANTEL yang ada di bagasi jok saya. Saya pake tu mantel dengan sangat cepat kurang dari 30 detik dan segera melanjutkan perjalan yang masih jauh dimato sekitar 6 kilometer ke utara menuju Jalan Palagan Km. 10 yang letaknya mencit di kaki gunung kaliurang sana. Hah!

Hujan terdahsyat yang pernah saya lalui dijalanan ibukota *malah nyanyi*. Helm dengan kaca pelangi yang masih bertahan buat menutup muka saya karena saya ga tahan dengan guyuran air hujan yang menyakitkan. Gamau mengambil resiko muka yang udah ancur ini nantinya bakal lebih ancur dari yang sebelumnya. Kan gawat tuh, mana ni muka belum diasuransiin lagi. Wkikikikik. Duh, kembali ke laptop deh, malah curcol begini jadinya, hahahaha. Oke, tu hujan emang bener- bener dahsyat, jarak pandang yang bisa saya jangkau cuma sekitar 15 meter saja bahkan sering kurang dari itu! Lebaaaaaaaatt banget dan tu hujan ga dateng sendirian tapi ditemenin juga sama soulmatenya yaitu si petir dan si guntur. Arggghhhh !!



Kilat menyambar, dan bunyi guntur jedar jeder! Ngeriii bangettt cuyy!! Saya rasa saya adalah satu- satunya cewek yang nekat menerobos hujan deras di sepanjang palagan. Abisnya ga ada motor yang dinaikin ama mbak- mbak cantik kayak saya ni. Rata- rata yang mau nerjang tu hujan adalah : MOBIL bukan MOTOR dan COWOK bukan CEWEK. Yah, gapapa deh, itung- itung latian survival. Hahahhaha. Sepanjang jalan saya cuman bisa berdoa sama Allah. Intinya sih cuma dua, pertama, saya gamau mati disamber gledhek(petir+guntur), yang kedua saya gamau mati kejatuhan pohon atau mati kejatuhan reklame yang ada di pinggiran jalan. Hihihi, esensinya sih sama, GAMAU MATI SEKARANG. LOL !

Akhirnya sampai rumah dengan selamat pada pukul 17.00 dengan kondisi tas semi basah dan badan basah kuyup total *aneh, padahal dah pake mantel*. Alhamdulillah, cobaan datangnya rame- rame cuy, Kompleks perumahan dimana ane bertempat tinggal sedang dilanda MATI LISTRIK! Ahh, rencana mandi akhirnya gagal deh *alibi, padahal aslinya emang dasar MALES*. Dengan kondisi rumah gelap kayak begindang, finally cuma sempet ganti baju kering dan karena kamar saya ternyata lagi berantakan, saya langsung gelar kasur palembang di depan TV dan meneparkan diri dengan balutan selimut. Ahahahay! Mantap jayaaa!

-end-

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat kamu pulang kuliah dan terjadi hujan yang tidak disangka- sangka memandikan kamu (terutama yang using motorcycle as their transportation) :

1. Pasti langsung inget sama buku- buku yang ada di dalam tas, gimanapun caranya buku- buku itu harus terlindungi karena itu adalah aset kita yang sangat berharga buat kita menuntut ilmu. Jadi pada intinya, kita pake mantel hujan adalah untuk melindungi buku BUKAN melindungi badan kita. LOL...

2. Pastiin kamu bisa melalui hujan deras dengan lancar minim hambatan. Kalo kamu merasa kamu akan susah melewati ni hujan deras, mending urungkan niat kamu buat nekat dan segera menepi berteduh di tempat aman dan menunggu sampai hujan berada pada kondisi "normal" baru sesudahnya kamu bisa melanjutkan lagi perjalanan anda... :D

3. Jangan lupa buat selalu berdoa. Karena doa adalah sesuatu yang bisa menguatkan kamu di saat genting dan bahkan ditengah hujan sekali pun. Dengan doa kamu juga bakal yakin Tuhan ngelindungin kamu dari bahaya yang ada di jalan. :)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...